Para PNS atau pensiunan mesti terganggu jika membaca ungkapan: “
If I am just a little bit dumber, then I will be a PNS”
 yang saya temukan pada sebuah tulisan di indonesiaindonesia.com. 
 Mereka bisa geram, terhina, membantah, atau sebagian yang pragmatis 
mungkin hanya membalas dengan bilang: “suka hatilah mau bilang apa, yang
 jelas aku bisa menjalankan kehidupan dengan mudah dan nyaman!”
Ungkapan
 sarkastik ini dipakai oleh si penulis untuk menyatakan  bahwa banyak 
profesi PNS yang tidak membutuhkan kompetensi tinggi dan tidak pula 
membanggakan.   Itu jelas datang dari orang yang kecewa dengan keadaan 
PNS; bisa jadi ia tidak diterima jadi PNS, tidak nyaman dan kondusif 
sebagai PNS, dirugikan oleh pelayanan kantor pemerintah, atau kecewa 
pada kinerja PNS.
Laman itu menjawab kenapa banyak orang mau jadi
 PNS namun tidak satupun menyebutkan alasan yang idealis atau patriotik 
seperti: ingin mengabdikan diri bagi Negara, berusaha menerapkan ilmu 
yang didapat untuk kemaslahatan orang banyak, atau bla bla lainnya.  
Bisa jadi memang demikian adanya karena itu mari bersikap positif saja 
terhadap pandangan ini dan selanjutnya kita lihat enam alasan yang 
nampaknya lebih berlatarbelakang alam kebendaan.
Setelah diedit dan diperkuat, alasan-alasan orang menjadi PNS adalah: 1) Untuk mendapatkan jaminan kemanan sosial (
social security)
 di tengah kondisi perekonomian Indonesia yang masih belum meyakinkan 
bila bekerja di swasta. 2) Tidak terlalu memerlukan etos kerja tinggi 
dan lebh sedikit tantangan dibandingkan dengan di swasta karena peran 
PNS lebih sebagai pengelola (
management) dari kebijakan atau kegiatan yang dilakukan oleh dunia usaha dan masyarakat.  Sementara kebanyakan para calon yang 
prime quality cenderung ke 
multinational corporation atau
 mebuka usaha, yang KW berebut mengejar PNS karena tetap terbuka peluang
 jadi “bos” dan kaya. 3) Jadi PNS tidak akan dipecat, kecuali berbuat 
kriminal, sebagaimana banyak kejadian yang disaksikan masyarakat, bila 
ada kesalahaan paling juga dimutasi.
Alasan atau motivasi jadi 
PNS ini berlanjut ke arah yang lebih non-teknis , yaitu: 4) Terbuka 
peluang untuk mendapat fasilitas seperti kendaraan dan rumah dinas 
sehingga permasalahan yang mendasar ini lebih cepat terselesaikan. 5) 
Menjadi kebanggaan person tersebut dan keluarganya karena punya status 
yang dikenal masyarakat seperti guru, dosen, kepala kantor, peneliti, 
dan berbagai profesi yang memerlukan keahlian lainya.  6) Mempunyai 
status sosial favorit mengikuti pandangan konservatif, khususnya 
golongan tua.  Profesi PNS cukup terpandang dalam tatanan sosial kita 
karena ada penghasilan pasti dan masih punya gaji setelah pensiun; 
banyak calon mertua misalnya lebih memfavoritkan menantu kalau tidak 
yang kaya, ya PNS!
Menurut banyak penulis blog, mendiang Romo 
Mangunwijaya pernah menulis bahwa sistem pendidikan kita melahirkan 
minat untuk menjadi PNS karena masih mewarisi mental inlander dari zaman
 penjajahan dulu.  Kolonial Belanda mendidik orang supaya patuh dan taat
 pada pemerintah agar bisa menjadi 
ambtenaar (PNS zaman 
kolonial) yang merupakan jabatan terhormat ketika itu.  Paradigmanya 
adalah mereka merupakan bagian dari kekuasaan (penguasa) yang akan 
mengambil pajak dari rakyat.  Sikap mental itulah yang diwarisi sampai 
sekarang, mereka bukan pelayan dari rakyat dan pembayar pajak tapi yang 
mempunyai kekuasaan sehingga berhak untuk mendapatkan 
previledge berupa gaji, pelayanan, dan berbagai fasilitas.  Inilah yang akan menggiring para penguasa ke perilaku koruptif.
Padahal,
 menurut Malik bin Nabi, seorang pemikir dan penulis Aljazair yang 
mempelajari perkembangan peradaban Islam sejak zaman Rasulullah SAW 
sampai puncak kejayaannya, pertumbuhan peradaban itu mempunyai siklus 
yang terkait ke alam kebendaan, figur tauladan, dan sistem nilai yang 
hidup dalam masyarakatnya.  Bangsa yang mengedepankan kebendaan akan 
meluncur ke keruntuhan peradabannya, kecuali ada para figur tauladan 
yang dapat memperbaikinya secara efektif.
Bagaimanapun marilah 
kita tetap optimis karena masih lebih banyak PNS yang baik, berprestasi,
 dan disiplin, sembari berdoa agar sinyalemen negatif itu salah.  Pada 
dasarnya, nurani seorang PNS juga tetap cenderung kepada kebaikan.  Yang
 penting, bila anda PNS apakah termasuk yang berebut dengan alasan 
diatas atau bertekad akan menjadi salah satu figur yang ikut 
menyelamatkan bangsa ini?  Kita doakan pula para pemimpin di pusat dan 
di daerah seperti Gubernur, Bupati, dan Walikota saat ini punya 
paradigma yang menguntungkan rakyat.